Sebungkus Cerita Perjalanan ke Malaysia Bersama PPSDMS Regional 2 Bandung

Bismillahirrahmanirrahim,

Pada akhir bulan desember ini saya bersama rombongan PPSDMS Regional 2 Bandung angkatan VII mengunjungi Malaysia dengan tujuan saling mengenal lebih dalam berbagai aspek mengenai Indonesia dan Malaysia. Akan tetapi, kegiatan ini juga didorong oleh keinginan kami agar dapat bersama-sama keluar negeri melanjutkan program "Bandung Go to Sky" yang telah dirintis angkatan sebelumnya ke Turki. Banyak sekali hal yang dapat kami ambil sebagai pelajaran dari Malaysia, beberapa hal seperti perjuangan untuk sebelum ke Malaysia, di Malaysia, dan sesudahnya akan saya sampaikan disini. Selamat Menikmati :)

Sebelum ke Malaysia

Perjalanan ke Malaysia ini sebetulnya dimulai dari deklarasi kami semua yang akan mengunjungi dua negara yaitu Malaysia dan Jepang bersama-sama. Kami semua memberikan tanda tangan dengan semangat dan saling berjanji untuk mewujudkannya (Walau enggak sedramatis itu sih hehe). Sampai suatu waktu kesepakatan forum memutuskan kita akan berangkat ke Malaysia lewat kerjasama  dengan elemen mahasiswa dari Universitas Sains Islam Malaysia (USIM) untuk mengenalkan budaya satu dengan yang lain, waktu itu rancangan kegiatannya akan diisi festival kuliner Indonesia-Malaysia, Penampilan budaya (Kami sendiri membawa angklung) dan diskusi tematik.


Cerita paling seru di episode ini menurut saya terletak pada keputusan pribadi untuk berangkat ke Malaysia sementara belum ada kepastian lebih lanjut mengenai rangkaian kegiatannya. Sebelumnya, saya sempat menyampaikan keberatan karena kegiatan ini seperti terlalu dipaksakan . akan tetapi, momentum perubahan terjadi ketika saya tahu bahwa rencana Bandung Boys -panggilan peserta PPSDMS R2 Bandung- untuk ke Malaysia sudah terpublikasi secara nasional di lingkup PPSDMS pusat. Nah, silahkan berkomentar tapi waktu itu yang terbersit dalam benak saya adalah "Ini soal nama baik". Alhamdulillah pada bulan oktober itu juga saya masih mempunyai endapan uang di rekening uang sekitar 1 juta untuk membeli tiket. 

Sudah hampir 2 bulan dan tak terasa begitu saja 10 hari lagi kami akan berangkat, Alhamdulillah saya sudah beli sejak lama. Benar sekali pepatah lebih baik bersusah susah dahulu baru kemudian bersenang-senang. Akhirnya, berbagai dokumen pun seperti paspor dan e-ticket pesawat saya siapkan. Barang-barang seperti pakaian, perlengkapan dokumentasi, makanan secukupnya, dan barang pendukung lainnya satu persatu saya masukan ke tas Carrier, Kita siap berangkat jom! haha.

FYI: saya berangkat dari Jatinangor menggunakan bus Primajasa dan dilanjutkan damri Bandara, estimasinya per desember 2014 kurang dari 100.000 rupiah. Hemat banget bos hehe :)) 

Saat di Malaysia

"Kalau perlu tidak tidur di Malaysia"

Cuma kalimat itu yang ada dikepala saya karena di Malaysia hanya 3 hari 2 malam saja. Dengan keterbatasan waktu itu saya berharap mendapatkan pengalaman yang maksimal. Alhamdulillah, akhirnya kami tiba di bandara Malaysia tepat waktu. tepat waktu dini hari pukul 1;55 ketika nyaris tak ada aktivitas lagi. Apa yang bisa dilakukan? tidur? yak tepat. Kami bersebelas yang berangkat tanggal 25 malam itu memutuskan tidur terlebih dahulu sebelum menyusul kloter 1, dan 2.

Saking tidak mau tidurnya baru satu jam saya terbangun dan pelan-pelan membangunkan teman yang lain. Setelah sholat tahajud saya bersama firman, dan iki berangkat untuk mencari tiket kereta KLIA transit ke Kuala Lumpur yang transit di Putra Jaya agar lebih murah. Ketika 7 menit lagi kereta akan berangkat Pimgi masih belum selesai sholat karena sebelumnya menjaga tas kami. luar biasanya sudah lari-lari rupanya kami salah masuk lift, jadi kami harus naik ekskalator untuk masuk ke stasiun yang tepat berada disisi kanan kami. Begitu kami sampai ekskalator untuk turun ke stasiun terdengar suara kereta yang akan berangkat, dan benar saja itu merupakan kereta yang seharusnya kami naiki.
Pelajaran #1 Jangan telat sedikitpun.


Sampai di Kuala Lumpur ternyata kami harus ke Taman Melati karena ada perubahan jadwal, Pada kesempatan itu kami mengunjungi Komunitas Merah Putih Indonesia dan berdiskusi mengenai banyak hal terutama mengenai nasib WNI di Malaysia. Komunitas Merah Putih Indonesia adalah yayasan yang terdaftar secara resmi di bawah kedutaan Indonesia di Malaysia sebagai organisasi sosial yang aktif dalam memperjuang nasib WNI.

Sayang di hari itu banyak waktu terbuang dalam perjalanan. Pelajaran #2 Perencanaan harus matang dan jangan berubah mendadak-dadak. oleh karenanya beberapa dari kami yang akan pulang lebih cepat memutuskan untuk mengunjung Kuala lumpur larut malam untuk setidaknya mengambil gambar di menara Petronas. alhamdulillah semuanya dapat, semua dari kami menuliskan pesan-pesan untuk keluarga, organisasinya dengan latar belakang menara Petronas. Setelah itu, kami menyempatkan diri makan di Up Town. Malam yang hebat.

Besoknya kami berangkat ke Melaka, disana kami berencana akan bermain angklung dan mengunjungi situs-situs bersejarah. Sekitar jam 17.00 kita sampai di jantung pariwisata kota melaka, wilayah bangunan merahnya. Setelah itu kami menyiapkan diri untuk menampilkan angklung bersama-sama didepan kincir air. Disana kami membawakan dua lagu, namun karena hujan juga yang semakin deras dan waktu yang kian mengkhawatirkan kami menyegerakannya. Alhamdulillah respon dari turis lain juga cukup tinggi, mungkin lain kali kita perlu bawa kota sumbangan itu karena banyak diantara mereka tertarik dan ingin tau lebih jauh soal angklung. dibawah ini ada beberapa foto kami. 







Menjelang maghrib, saya berpisah dengan rombongan yang mulai meninggalkan Melaka melalui jalur Jongker street. Ternyata di jalur Jongker street tersebut banyak sekali pengunjung yang berasal dari berbagai ras terutama didominasi ras asia, disana saya 'seakan-akan' bisa membedakan mana orang Tiongkok, Jepang, Korea, bahkan Thailand. Meskipun sama-sama sipit, terdapat perbedaan yang khas dari mata mereka. Tanpa sadar langkah saya sudah membawa saya sampai ke surau didepan bangunan merah, disana juga terlihat rombongan pelajar dari Jepang yang benar-benar menghabiskan ruang trotoar dengan jumlahnya yang lebih dari 300 orang sambil bernyanyi-nyanyi. Kawai-Kawai.

Waktu sudah agak malam dan saya juga belum sholat maghrib, Bukannya tidak mau meng-qada shalat karena ada kemudahan yang disediakan oleh Allah namun masih ada situasi yang lebih darurat yang lebih pantas kita qada shalatnya seperti menggunakan bis umum atau sedang di pesawat terbang. Mencari mesjid atau surau yang sekelas musholla cukup sulit baik di Kuala Lumpur maupun di Melaya, saya perlu melewati kawasan museum dan taman kota yang sangat rindang yang dipenuhi kendaraan wisata yang diberi lampu terang dan lengkap dengan musiknya. Sebuah menara bernama TamingSari menggoda saya untuk naik, menara tersebut memiliki sebuah bagian oval yang dapat bergerak naik turun dan berputar 360% sesuai dengan harganya yang 20 ringgit.

Setelah puas melihat pemandangan kota Melaka dari bukit ke sungai hingga lautnya dari atas saya berkunjung ke pusat kuliner seafood dan kerajinan tangan. Pertama, saya langsung membeli oleh-oleh gantungan kunci karena khawatir besok akan padat sekali, kemudian saya memesan telor ikan karena banyak pengunjung disana memesan itu juga. Ternyata rasanya enak bahkan saya sampai tambah nasi (seharga RM 3), dan ketika hampir habis setengah saya berfikir ini ikan apa yang crispynya sampai seperti ini dan punya banyak bulatan-bulatan kecil. Ya Allah, rupanya pesanan telor ikan saya itu benar-benar telur ikan. saya fikir itu adalah ikan tenggiri saja karena ada telur asin juga dalam nasi yang disajikan. akhirnya, nafsu makan saya hilang seketika.

Setelah sholat Isya disebuah pusat perbelanjaan saya memutuskan untuk menginap di McD Melaka yang 24 jam karena saya belum sempat memesan hotel dan saya fikir pasti sudah banyak yang 'full booked'. Oleh karena itu, setelah saya memesan kentang goreng dan cola saya langsung mengambil posisi tidur duduk dengan buku dihadapan saya agar terlihat tidak sengaja tertidur. Alhamdulillah saya bisa tidur juga walaupun sesekali Aa tukang bersih-bersihnya mendehem atau mengeraskan suara ketika memberesken meja disamping meja saya. Tapi tak apalah :)


Akhirnya, setelah tidak kuat lagi membohongi diri karena dari pukul 3-4 pagi tidak bisa tidur juga mungkin karena cemas. saya memutuskan untuk mencari mesjid untuk sembahyang tahajud. Sayangnya, setelah berjalan nyaris 1 kilometer saya belum juga menemukan mesjid saya memutuskan untuk pergi ke surau di dekat menara Tamingsari. Itupun di kunci. Apa boleh buat saya gelar alas untuk sholat di depan surau tersebut. Dalam suasana pagi tersebut saya merasakan malam yang tenang, beberapa saung dan bangku taman diisi oleh orang yang kelihatannya punya nasib kurang baik. Aku terus berjalan kembali ke arah bangunan merah untuk menantikan subuh di Surau bangunan merah agar dapat sekaligus mengunjungi Museum-museum yang terkenal disana. Ternyata hasilnya sama, tidak ada adzan di surau itu dan saya tidak tahu ada mesjid di mana lagi. ketika hampir seluruh badan mengiyakan untuk melanjutk
an istirahat, dorongan tekad dan suasana sekitar mendukung saya untuk melangkah. Saat itu, total saya sudah di Malaysia selama 2 hari dan baru tidur maksimal 5 jam. Menurut saya, ini adalah prestasi bagi saya yang memerlukan banyak istirahat.


Setelah dicari-cari saya menemukan Mesjid Keling untuk solat Subuh sekitar pukul 6 di Melaka. Mesjidnya sangat Indah dengan ornamen-ornamen India dan ada Wi-Finya, Wi-Fi bro subhanallah. tapi badan rupanya tidak bisa bohong, saya terlelap hingga pukul 7.30. Langsung saya menuju jalur bangunan merah lagi untuk mengecek informasi museum akan dibuka. Sayangnya Museum-museum tersebut baru dibuka pukul 09.00. Saya mengkhawatirkan diri saya akan ketinggalan jadwal pesawat  dan bakal tambah kesulitan.Kemudian  saya berjalan-jalan untuk mencari sarapan dan pengganjal perut, kebetulan tempatnya dekat dengan museum kapal jadi saya bisa lihat-lihat dulu. Sesudaj itu, saya putuskan untuk melangkah pulang ke Kuala Lumpur International Airport 'KLIA'! Sepanjang perjalanan ini saya sangat mengagumi dengan kehebatan pemerintah Malaysia dalam mengatur transportasi  disana.

Sesudah di Malaysia
Banyak cerita yang mungkin tidak tersampaikan disini, banyak hal yang luar biasa yang saya dapatkan dari Malaysia. tapi hal paling luar biasa adalah kesadaran saya bahwa kalau saja fasilitas transportasi dan fasilitas pendukung pariwisata lainnya diperbaiki Indonesia jauh lebih luar biasa. percayalah kawan :) Dulu, saya punya tekad pulang membawa janji-janji kota 1 dan berhasil membuat taman bacaan. Sekarang saya pulang dengan membawa janji-janji kota jilid II Semoga lebih bermanfaat.

Terima kasih perhatiannya. :)) 

No comments:

Post a Comment