Efektifitas Waktu

Halo?? Apa kabar?
Saya nggak yakin apa ada orang lain selain saya sendiri yang sering berkunjung ke blog ini. Tapi tak jadi masalah, sebab niat saya menulis ini sejatinya untuk saya sendiri. Karena dengan menulis saya dapat menangkap fikiran-fikiran saya yang melayang menjadi sebuah untaian kata yang berarti. Oleh karena itu manfaat menulis itu hadir bagi diri saya sendiri, dan saat tulisan ini bermanfaat bagi pembaca itu adalah bonus bagi anda dan juga saya.

Baiklah pada kesempatan ini saya bukan ingin banyak berbicara tentang buruknya performa saya di ujian tengah semester ini, melainkan lebih kepada apa solusinya. Hampir setiap semester saya memiliki tekad untuk memperbaiki kelemahan saya ini, namun sampai hari ini belum banyak hal yang bisa dibanggakan. Jujur itu pasti, tapi prestasi juga harus karena persaingan makin ketat. jadi, Jujur + Prestasi itu baru mantap!

Nah, melihat kondisi yang sedemikian itu. Setelah berfikir panjang, Saya menyimpulkan sebuah hal yang justru sangat sederhana  yakni saya kurang belajar. Ternyata kurang belajar yang selama ini dianggap sepele adalah inti dari permasalahan yang ada. Di semester 4 ini Konskuensi kurang belajar semakin terasa karena menyebabkan saya tidak memenuhi syarat administratif beberapa beasiswa. Tapi tekad saja tidak cukup, saya ini bukan orang yang rajinnya bawaan, dan saya tidak takut atas konskuensi kalau tidak menjalankan target. Inilah permasalahan saya.

Ada niat ada jalan. Lain lagi kata ahmad fuadi, niat sudah jelas maka terbukalah jalan. Kemudian lewat segala keagungannya Allah memberikan petunjuk bahwa yang harus ditingkatkan adalah manajemen waktunya. Karena semakin dekat seseorang dari Allah maka dia akan semakin menghindari kegiatan yang sia-sia. Jadi inilah solusinya:

Kalau orang biasa menyisihkan waktunya untuk belajar, saya ingin sebaliknya agar bisa  menyisihkan waktu untuk kegiatan kegiatan lain. Jadi strateginya adalah menghitung waktu yang dapat disisihkan,kemudian memasang timer. Waktu utamanya buat belajar dan istirahat. Berikut pembagian waktunya:

1. Prioritas Belajar dan Istirahat = 63jam+56jam/minggu = 119
2. Kewajiban Ibadah = estimasi tidak ada, special things
3. Kegiatan lain = waktu sisanya

Waktu dalam seminggu - waktu prioritas = 168 - 119 = 49/minggu
Jadi, dalam seminggu setiap harinya saya akan memiliki waktu 7 jam untuk kegiatan pasti ibadah dan kegiatan lain. Dan untuk mensukseskan hal tersebut saya akan memasang timer saat tidak belajar dan tidur, semoga dengan begitu akan lebih terlihat pentingnya Belajar dan belajar bukan lagi menjadi hal sampingan. Aamiin

Otak bro

Otak mana Otak?
Otak memang ada disini, tapi kalau sudah tak berfungsi lagi bagaimana?
Apa gunanya otak kalau justru memilih yang salah.
Dan yang lebih parah lagi adalah jika mulai tidak bisa membedakan mana yang salah mana yang benar.

Pertimbangan yang harus matang.
Pertanyaan yang harus terus berbobot.
Bodoh memang sering berfikir diri pandai.
Padahal tak ada.

Memaki diri berulang-ulang
juga tak berhasil membuat otak ini berfungsi normal
saya butuh pertolongan.
Lewat Kitabullah dikatakan pertolongan itu dekat.

Pagi ini pertolongan itu datang
Otak bro otaknya dipake
ya otak.
Berfungsilah lagi.

Melihat Menjenguk Masa Lalu

Jangan menyerah kawan teruslah berjalan. sudahkah kau dengar saranku untuk memilih sesuatu yang kau sukai seperti yang kita sepakati kemarin? bukan untuk siapapun juga.

kalau kita sudah paham betul arti memberi,bukankah itu berarti telah banyak yang hilang dari dirimu karena kau beri? Sudahlah jangan terlalu idealis, dimana sekarang Cinta dan kasih sayang yang kau dambakan?

Hidup ini hanya sementara, kau tak percaya itu? janganlah mendebat, karena orang dulu juga percaya bumi itu kotak padahal nyatanya bulat. kita ini manusia, kita berpeluang mewarisi kebodohan itu, maka  pesanku berfikirlah tapi jangan sok pintar.

Apa kabar kawanku? buih dari penderitaan yang telah membentukmu. Kebahagiaan yang nyata kini menggantikanmu. Tapi tenang aku selalu sudi menjengukmu, melihat masa-masa lalu ku.

Hari Awal Perjuangan

Unik sekali menggambarkan hari ini. Hari terpanjang seminggu ini. Ini hari kedua semenjak kesepakatan saya untuk memerangi hawa nafsu agar tidak menjadi orang yang berlebihan. Hari ini berhasil juga untuk 'stay' dikampus agar dapat semakin banyak momen yang berharga. Alhamdulillah

Tadi senja saya lihat ada bayangan diri saya pada giffar saat bertanya kepada segerombolan anak mengapa bisa padam listrik, Semuanya terlihat seperti film berulang ketika giffar dikelilingi anak-anak kecil itu. Tapi, entah kenapa hal itu belum menarik hati lagi. Hanya terbersit rasa lucu dan kangen akan masa-masa itu. Orang ini bukanlah orang yang dulu, sudah terlalu banyak berputar mungkin kurang pelumas. Hari ini juga saya kagum dengan faris yang punya waktu banyak demi kawannya. Hanya kagum, tapi saya tahu bukan itu yang ingin saya lakukan.

Orang bilang kebahagiaan itu dijembut bukan datang sendiri? Saya menyangsikannya, malam ini Allah dengan baik hati memberikan anugerahnya berupa langit malam yang tak gelap, tetapi benderang menawan diantara bintang dan bulan bulat terang. Kebahagiaan itu tinggal sebarapa hebatnya kapasitas menerima sebuah karunia sebagai kebahagiaan. Kebahagiaan itu ada disetiap saat seperti saat ini.

Walau tadi sempat berdebar-debar dan ingin bertemu dengan kamu. Saya teguhkan untuk tidak terlebih dahulu, bersabarlah. Bersabarlah karena kebhagiaan aa hari ini juga karena buah kesabaran. Jika harus semakin lama bersabar, percayalah bahwa Allah tidak tidur , Dia yang mengetahui.

Baiklah, Ini adalah hari yang membahagiakan. Sekian :)