Transformasi Diri: Ucap dan Sikap

Daripada berbalur dosa bermandikan nista, saya pilih untuk menceritakan saja hal yang menjadi bahan pemikiran saya dan pengalaman dalam beberapa hari kehidupan saya di PPSDMS belakangan ini. Sayangnya niatan itu buyar juga akhirnya, saya terlalu lemah.

Transformasi diri

                Istilah Transformasi atau perubahan dari bentuk awal menuju bentuk berikutnya bisa juga disandingkan dengan perubahan diri dari kondisi awal hingga setelah perubahan tersebut. Sebelum di PPSDMS saya rasa memang cukup sering mendeklarasikan sebuah transformasi, dimulai dengan perbaikan pola belajar dan hal-hal sepele seperti membersihkan kamar tidur. Membereskan kamar tidur mempunyai efek yang luar biasa bagi transformasi diri, meskipun terlihat sederhana ketika kamar tidur rapi akan muncul rasa semangat untuk memulai hari.

                Semenjak di PPSDMS merupakan masa paling cepat saya merubah transformasi diri saya, satu hal yang saya pahami adalah saya harus menyesuaikan diri dengan kondisi di PPSDMS ini. Saya sadar teramat sadar, bahwa ada pengalaman lalu dari pengobatan jangka panjang yang membuat pribadi ini bukanlah Irsyaad yang seutuhnya. Tapi, saya selalu mencoba untuk terus menjadi lebih baik dengan meningkatkan kapasitas diri. Saya pernah melakukan survei menggunakan Damri, Motor, dan Travel untuk mendapatkan transportasi Bandung-Jatinangor yang tepat dengan kegiatan asrama. Saya melakukan semua itu bukan untuk menampilkannya didepan umum, saya sangat merasa termotivasi dengan berbagai kegiatan PPSDMS.

                Di Hari pertama PPSDMS, saya sangat merasa berat untuk bangun shalat malam dikarenakan belum terbiasa. Di hari kedua, setidaknya saya bisa mengikutinya dengan lengkap meski sedikit mengantuk. Di hari ketiga, rasa kantuk itu pun hilang. Sampai hari ini, dalam berbagai kegiatan Asrama saya hampir tidak pernah mengantuk karena saya merasa antusias dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat tsb, Andaikan saya izin untuk beristirahat itu karena saya betul-betul lelah. Saya selalu bertransformasi setelah mengevaluasi diri, salah satunya sekarang yakni dengan tidak lagi menunda-nunda pekerjaan.

Transformasi Ucap

                Sial dan untung tidak bisa ditolak, tapi Islam mengajarkan sebuah versinya sendiri: sesungguhnya orang yang beruntung ataupun berhasil mendapatkan keberhasilan, dan nama baik sesungguhnya hanya karena aibnya ditutup oleh Allah. Lantas layakkah mereka sombong dengan keberhasilan mereka itu? Tentu saja tidak.

                Hari demi hari berlalu tak terasa saya sudah 3 bulan di asrama ini, ada pengalaman pahit yang sering saya coba menjadikan sebuah pelajaran. Sebuah pelajaran dan pengalaman yang sebetulnya sudah sangat lama terjadi, namun saya belum berhasil memecakannya. Permasalahan itu adalah pandangan orang lain terhadap diri kita, saya sendiri tidak mengerti kenapa banyak orang-orang yang terus menerus menyalahkan saya dan itu tidak ditimpakan kepada orang lain – Standar ganda. Di Asrama ini pun sama, saya sering menjadi bulan-bulanan entah karena itu kebodohan saya atau ketidakmengertian mereka, atau karena memang Allah mengujiku dengan tidak menutup aibku.

                Andai catatan ini akan saya baca sendiri, saya ingin berujar mengenai aib-aib orang lain yang ditutupi oleh Allah SWT karena saya menyaksikannya sendiri. Entah apa artinya itu, barangkali ada sebuah pesan dari Allah untuk mengingatkan bahwa tidak layak kita merendahkan orang lain sekalipun jika dia salah. Dan hari ini ujian itu datang lagi, manajer asrama yang luar biasa menegurku karena jaket BEM ku tertinggal dikamarnya, dan ditambah lagu tuduhan segelas teh kotor yang dianggap juga salah saya. Saya sudah meyakinkannya bahwa itu bukan gelas saya tapi tetap saja dia berteguh pendirian, akhirnya saya fikir lebih baik mengalah dan membersihkannya daripada berdebat. Dampak dari kejadian ini sungguh luar biasa, dengan saya pendam kegeraman saya itu akhirnya saya mendekati hal dzalim itu lagi karena tertekan. Telah menjadi kebiasaan saya membuat sebuah hal sebagai bahan pikiran.

                Di lain kesempatan saya pernah diingatkan beribadah dengan cara yang sangat tidak mengenakkan, padahal disisi lain ada teman yang juga lebih perlu diingatkan namun seakan-akan berat sebelah. Lalu apa yang saya lakukan? Saya mengevaluasi diri lagi, saya memusahabahkan diri saya lagi bukan menyalahkan sistem. Perlu digaris bawahi Ini bukan tentang manajer. Kemudian saya menyimpulkan mungkin ucapan saya sering tidak mengenakkan hati orang lain hingga akhirnya itu berbalik kepada diri saya sendiri, dan akhirnya saya pilih untuk tidak banyak berbicara lagi.

Transformasi Sikap

                Tidak banyak bicara lagi, Apakah sama dengan menjadi pemurung? Ternyata jika kita lihat lagi pengalaman masa lalu, sikap pemurung itu sangat-sangat merepotkan. Didepan mata kita yang kita lihat hanyalah sorot mata yang tidak bersahabat, seakan-akan mengintai dan berkata “apaan sih ini orang?”. Andai saja semua orang dilahirkan sama kawan, pasti kita tidak akan punya masalah yang terlalu berarti kecuali membedakan orang ini dengan orang itu. Beruntung, Di dunia ini sangat banyak orang yang memiliki ketidaksempurnaan namun dapat terus bertahan hidup dan berbahagia.

                Permasalahan saya kawan kekurangan itu persis ada didepan saya, terngiang dikepala saya, dan tercermin dalam ekspresi orang yang berbicara dengan saya. Setahu saya Irsyaad itu adalah orang yang pemberani atau lebih tepatnya nekad, penuh ide, dan behati tulus tapi sayang itu tak mudah tampak dari luar dan condong mengundang pandangan negatif orang lain. Demi Allah saya bukan kesal ataupun marah kepada kalian, saya justru merasa malu kepada fisik saya sendiri. meskipun pada akhirnya saya tahu jiwa dan fisik itu merupakan satu bagian, yang dapat dibangkitkan ketika padang masyar dibuka sebagaimana dalam ayat-Nya.

                Mungkin karena itu juga saya menjadi sering tidak dapat menahan emosi, dan lagi-lagi itu hanya akan menimbukan masalah yang lebih besar yang akan menyulitkan kehidupan saya dalam rangka mencari bekal untuk di Akhirat. Maka saya akan mencoba tersenyum sebaik mungkin dan bersikap setepat mungkin. Biarlah sebuah senyuman yang mengiris hati itu menjadi bukti bahwa aku sungguh bersyukur atas rahmatnya dan berharap mendapatkan ridhonya di akherat nanti. Harapan saya satu, semoga teman-teman bisa mendukung manusia yang ingin memperbaiki diri ini. Jangan memakinya telebih dahulu. Terima Kasih kawan.


Selamat tinggal Irsyaad yang lalu, kita akan segera bertransformasi lagi!

No comments:

Post a Comment