Risk Everything : Saat Akhirnya jadi Anak Kuliahan


Dulu, Menjelang Ujian Nasional sempat berfikir enak sekali menjadi anak kuliahan. Dengan berbekal pembelajaran besar tentang pentingnya kejujuran yang diajarkan dalam lingkungan terdekatnya yaitu keluarga, seorang anak berumur enam belasan tahun itu belum cukup kuat berhenti untuk mengeluh karena khawatir akan keadaannya saat itu menjelang Ujian Nasional; Masih bodoh, sulit sekali belajar, namun tetap saja tak mau berbuat curang. Intinya, saat itu anak bocah ini sedang ditimpa kekhawatiran akibat ujian yang semakin dekat sementara dirinya belum cukup belajar namun tidak mau menyontek. ia berfikir "Dengan menjadi anak kuliahan kita tidak perlu tinggal kelas".

Dengan menjadi anak kuliahan kita tidak perlu tinggal kelas, karena memang tidak ada sistem kelas disana. Fikiran itu terus ia bentuk dalam lamunan-lamunannya, ia merasa saat nanti menjadi mahasiswa ia tidak akan se-mengkhawatirkannya dengan kondisi yang ia alami saat itu. Meskipun dalam keadaan tertekan, keluarganya terus mendukung keputusannya untuk jujur dalam ujian nasional apapun yang terjadi di hari kemudian. 

Ia bungkus tekad untuk tetap berbuat jujur itu dengan doa dan alhamdulillah allah mewujudkannya pada waktu itu juga. Meskipun lulus dengan nilai UN terkecil, ia lulus dengan jiwa yang besar. ada keajaiban yang tidak bisa dirangkai dalam sebuah kata atau kalimat sehingga hal tersebut sama persis dengan yang anak itu rasakan, ada bantuan-bantuan tangan tuhan di malam dan siang itu. 

Pada hari ujian itu ia langsung berhadapan dengan ribuan angka dan huruf yang sangat menakutkan tanpa berbekal kertas atau alat komunikasi genggam yang berhasil diselundupkan dan memang tak mau ia selundupkan. Meskipun soal-soal Ujian Nasional tahun sebelumnya baru ia pelajari tidak lebih dari tiga hari yang lalu,   Tangan, fikiran, semuanya seakan-akan 1000kali menjadi lebih kuat dan lebih cepat,Barangkali doa orang tua tetap menjadi amunisi paling utama. tanpa terasa 25 soal telah terselesaikan dari 40 soal. 

waktu itu pelajaran matematika, dahinya yang mengkerut memudar berganti dengan senyuman karena dia berhasil mengerjakan sebagian soal itu. ia cengengesan dan bersyukur karena berhasil mengerjakan soal sampai disitu, minimal sesuai dengan target gumamnya. lalu ia gunakan ilmu matematikanya untuk menghitung berapa perkiraan nilainya;
25/40 dikali 100;
hasilnya 47,5.

Cukup untuk lulus gumamnya, dan ia kembali cengengesan. ia hanya tidak menyangka dapat menyelesaikan ujian itu, ia sangat bersyukur. akhirnya dengan tambahan waktu yang tersisa ia berhasil mendapatkan nilai 6 untuk bidang studi matematika. prestasi bagi dia.

Kemudian saat semua itu telah berlalu, anak itu akhirnya telah menjadi anak kuliahan. gumaman itu akhirnya menjadi kenyataan, ia berhasil menjadi mahasiswa. Meskipun, dalam kondisi tetap jujur dan masih susah juga belajar (hahaha). 

Kemarin, teman saya berpendapat bahwa jujur dalam beberapa mata kuliah yang tidak ketat itu sangat merugikan. Ia berpendapat boleh saja jujur asal yang lainnya jujur, karena jika tidak kita akan merugi. saat itu, saya tak bisa membalas argumennya sama sekali. Saya hanya bisa membayangkan apabila dulu saya tidak berani mengambil resiko untuk ujian bersih, mana mungkin saya berani mengambil ITB, Unpad, dan IPB dalam sebuah ujian SNMPTN tertulis. Inilah hidup, Setiap bagian ujian kehidupan selalu ada resikonya, jika kita belum berani mengambil resikonya kita perlu mempertanyakan diri kita masing-masing. Biasakan hidup dengan mengambil resiko,  apalagi dalam dunia perkuliahan yang masih belum ada apa-apanya dengan dunia yang sesungguhnya, maka seperti kata iklan nike: Risk Everything!

Tak ada niat sedikitpun untuk menelan gumaman saat sma itu. kejujuran adalah harga mati bagi pribadi ini. Sungguh sangat mulia sekali Allah merekam doa saya sejak dulu, dan inilah saatnya membuktikan gumaman terdahulu, "bahwa menjadi jujur sebagai mahasiswa itu lebih mudah". ini adalah pilihan kawan, dan pilihan kalian menentukan masa depan kalian.

Semoga tulisan ini bermanfaat, sekaligus juga pemicu semangat bagi kita yang lagi UAS. Meskipun masih ada kekurangan disana-sini, insyaallah dalam semester-semester kedepan  tidak akan menjadi seperti ini lagi. Bagi saya, insyaallah dengan bantuan keluarga PPSDMS akan meningkatkan tingkat konsisten saya untuk belajar dan berbuat baik, insyaallah. Semoga kebaikan juga bagi kita semua.

---sekian---
Memang terlalu lama untuk menyadari betapa indah jalan Allah bagi masing-masing pribadi kita ini, sampai pada akhirnya kita mensyukuri betapa luar biasanya jalan yang ia buat untuk anak itu dulu dan untuk saya sekarang. andai saja saya diterima di salah satu institut teknologi terbaik, barangkali tak ada waktu luang sama sekali untuk mengisi form pendaftaran beasiswa PPSDMS yang berhasil saya terima saat ini. Memang butuh waktu untuk mensyukuri jalan HI Unpad sebagai sebuah jalan yang akhirnya mengantarkan saya kepada apa yang benar-benar saya butuhkan: yakni tempat penempaan diri!

No comments:

Post a Comment