Awal Hidup Baru

"Malam-malam bulan desember,
kelinci pulang masuk kandang.
Pelan-pelan Allah memberi kabar,
Jodohku telah datang......"

Setelah melalui proses panjang nan mendebarkan, dan juga belum selesai mendebarkan, kehidupan harus berjalan kembali. Cita dan asa bahwa menikah adalah awal hidup yang lebih baik dalam tuntunan Allah SWT harus digenggam kuat-kuat.

Wanita yang belum tertulis dalam tulisan di blog ini, justru ialah yang tertulis di kalam Ilahi. Bersamanya hidup menjadi lebih menyenangkan dan membahagiakan semoga dapat tertulis lagi di blog ini dan lebih jauh tercatat sebagai amalan di akhirat.

Bagi saya, menulis adalah kesempatan untuk memberi ruang bagi jiwa untuk mengeksplorasi diri, meruntut fikir, dan merancang strategi. Meskipun akhirnya keberhasilan itu baru muncul ketika saya memutuskan berhenti menulis dan mengambil tindakan nyata.

Semoga kedepannya akan lebih sering menulis lagi :)

Sekian dulu spoiler atau pemanansan sebelum tulisan-tulisan lainnya yang lebih seru!

Rindu Terhenyak

Hidup adalah bongkahan waktu.
Rindu mengekalkannya.
Meskipun tiada yang dapat kekal.
Semua rasa akan terekam.

Semua persahabatan akan terjaga.
Setiap permusuhan akan dicatat.
Setiap cinta akan membekas.
Setiap lembaran baru akan terbentang.

Dunia akan terus berputar.
Begitu juga hidup kita.
Kadang perlu akrab dengan rindu.
Menghenyak dalam rasa yg terpendam.

Sejenak bersandar menikmati lara,
Meneguhkan ungkapan syukur.
Bahwa Nikmat Tuhan mana lagi,
Yang akan engkau dustakan?
"Damai, tenang, mengalir seperti air. Seakan jiwa nyaris lagi tak mempunyai ambisi. Tanpa mengurangi kuasa ilahi, energi itu hadir membersamai dirimu. Mengalun lembut membelai sutra; menginginkan tanpa memaksakan, membutuhkan tanpa meminta, merindukan tanpa menyampaikan." -Gerimis Bulan Mei (2016)

DARI ANTAH BERANTAH : PEMEKARAN KAB. LAMPUNG TENGAH, KAB. SEPUTIH BARAT, KAB. SEPUTIH TIMUR

Dari antah berantah, saya akhirnya membuat peta jika nantinya Kabupaten Lampung Tengah akan dimekarkan menjadi Kab. Seputih Barat, Kab. Seputih Timur, dan Kab. Lampung Tengah itu sendiri. Menurut sumber yang saya dapat di Tribun Lampung, nantinya Kab. Seputih Timur akan terdiri dari 10 kecamatan yaitu Kecepatan Seputih Raman, Seputih Banyak, Way Seputih, Rumbia, Putra Rumbia, Bumi Nabung, Seputih Surabaya, Bandar Surabaya, Bandar Mataram, dan Seputih Mataram. Sementara, Kab. Seputih Barat akan dihuni oleh 9 kecamatan yaitu kecamatan Anakratu Aji, Anak Tuha, Padangratu, Pubian, Sandang Agung, Seleggai Lingga, Kalirejo, Bangunrejo, dan Bekti.

Latar belakang pembuatan peta tersebut diawali keinginan saya untuk mencari makanan yang segar berhubung beberapa hari ini nutrisinya belum seberapa terjaga. Lalu, kepikiran untuk mencari makan di daerah Cikutra (Kota Bandung) ada warung makan tegal favorit saya. Tapi berhubung helm saya sedang dipinjam teman saya, saya berfikir ada polisi enggak disana. Kemudian, berfikir didaerah itu memang polisinya kurang rutin berjaga dipertigaan itu (Bagi yang tahu, di daerah Borma Cikutra). Entah permasalahannya apa, saya fikir rumit juga Polisi harus jaga banyak tempat seperti itu. Sampai akhirnya antah berantah kefikiran bahwa memang daerah yang luas itu susah manajemennya.

Di dalam fikiran, saya sangat mendukung adanya otonomi daerah meskipun dalam pelaksanaanya ada kekurangan. Dan, seperti yang bisa teman-teman tebak? Pemikiran itu menuju rencana pemekaran Kabupaten Lampung Tengah. Dimana sayangnya setelah saya cari tahu tidak ada gambar-gambar yang menunjang di internet mengenai daerah mana saja yang akan dimekarkan -meskipun  kemungkinan sudah ada dokumen aslinya-. Oleh karena itu, Berbekal peta administratif dari dinas Perencanaan Air Minum dan Sanitasi (Bappenas) dan bantuan Google Map tersusunlah peta diatas. Bagaimana proses pembuatannya? sangat-sangat tradisional hanya menggunakan paint. Jadi, gambar diatas hanya untuk koleksi pribadi dan tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai referensi ilmiah. Terima Kasih :)

Visualisasi Mimpi


  • sir_irsyaadDalam pengambilan kebijakan pasti selalu ada kekurangan dari berbagai opsi yang ada. Tapi bagaimanapun harus ada keberanian untuk mengambil opsi yang paling minim resikonya dan besar manfaatnya :)

Ngumpul Boedjangan

Hari ini nyempetin kumpul bareng Robby dan Giffar di Bakso Boedjangan, bertemu teman-teman memang selalu membawa energi positif. Berhubung memang dikumpulkan dalam agenda politik, obrolannya mau nggak mau ke arah sana lagi. Obrolan tentang agenda politik yang cukup berat untuk terhindar dari suap, dan politik dinasti di daerah-daerah. Tentang arah pergerakan kampus saat ini yang kelihatannya melempem. Tentang tanggung jawab sebagai seorang pemimpin ketika memang tidak ada gugatan kemana kupingnya, kalau ada gugatan kemana hatinya. Pemimpin tidak bisa berbicara sebagai kesatuan tunggal profesi, misalkan pandangan secara ekonomi yang berbicara rasionalisasi, atau pandangan sebagai seorang developer properti yang berbicara optimalisasi lahan, karena suara pemimpin harusnya menggambarkan suara hati rakyatnya. Dan, dapet nasehat penting sebagai mahasiswa tingkat akhir bahwa kampus hanyalah simulasi dari kondisi sebenarnya. Menurut Robby, ibaratnya dapet rangking 1 tapi di SD terus buat apa, jadi memang harus naik kelas.  Jadi, untuk saat ini insyaallah kita mengingatkan saja dan melakukan yang benar dan memperbaiki diri untuk menghadapi pasca kampus nanti.

Jatinangor, 18 Mei 2016

Keliling 7 Negara di ASEAN cuma 3 jutaan : Atas Nama Rindu (Bagian Pertama)

Atas nama rindu mengagumi bentangan alam ciptaan-Mu, maka aku tulis jejak-jejak perjalanan 14 hari mengunjungi 7 negara di Asia Tenggara. Perjalanan yang sejatinya luar biasa, yang harusnya diberi garis bawah atau disusun miring dalam memori karena belum tentu semua orang mendapatkan kesempatan ini. Tapi untuk menuliskannya? Sejujurnya saya ragu-ragu bahkan nyaris enggan. Sepertinya masih kurang bersyukur saat itu dan fokus mengerjakan skripsi. Akhirnya, berbekal motivasi Pramoedya Ananta Toer tentang menulis saya akan mulai menulis perjalanan luar biasa ini.
“Menulislah, apa pun, jangan pernah takut tulisanmu tidak dibaca orang, yang penting tulis, tulis, dan tulis, suatu saat pasti berguna. Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama dia tak menulis, Ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”  (Pramoedya Ananta Toer)

Sebelum di mulai mari kita saling berkenalan  dulu, tim ini
dinamakan Brewok Backpacker. Brewok Backpacker terdiri dari empat orang yaitu: Irsyaad Suharyadi, Muhammad Al-Fata Ramadhan, Pimgi Nugraha, dan Rio Alfajri. Saya dan Rio mengambil studi di Hubungan Internasional, Fata di Fakultas Ilmu Komunikasi, dan Pimgi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, semuanya merupakan  mahasiswa Universitas Padjadjaran angkatan 2012.

Cahaya dari Bandar Harapan

“Hidup bukanlah tentang mampu atau tidak mampu, melainkan mau atau tidak mau’  - Azhar Nurun Ala

Sore ini, saya baru membaca tulisan berjudul Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala. Itu juga baru masuk bab 2  berjudul sepucuk surat dari Tuhan. Dan, sungguh sangat mengesankan membaca kisahnya juga kisah mengenai keluarga mereka, Keluarga Nurun Ala. Saya memang bukan penggemar ‘tulen’ tulisan Azhar Nurun Ala, tapi latar belakangnya selalu menjadi motivasi tersendiri untuk berani bermimpi. Tempat tinggalnya berada cukup jauh dari keramaian, yang keramaian itu sendiri notabane-nya tidak lebih ramai dari jalan Ujung Berung, atau Jalan Jakarta, apalagi Jalan Braga. Namun, rumah dan keterbatasannya  tidak membuat keluarga itu menjadi kecil.

Namanya pertama kali saya lihat di papan pengumuman kelulusan SMP, namanya ada diurutan teratas entah nomor satu atau dua, tapi nama Nurun Ala itu cukup terekam dengan baik. Kemudian, saat saya masuk SMA saya kembali mendengar nama itu disebut lagi, kali ini dia membuat gebrakan karena berhasil masuk Universitas Indonesia. Adiknya tidak mau kalah, Belum selesai SMP, Azka Nurun Ala diumumkan masuk ke SMA Taruna Nusantara Magelang. Sampai akhirnya, dia meneruskan jejak kakaknya masuk Universitas Indonesia.

Nama keluarga Nurun Ala itu memang membuat saya kagum. Saya menyaksikan sendiri dari balik stir bagaimana jalan menuju perkampungan itu sangat jauh. Saat saya kesana ladang pertaniannya tampak cukup gersang, mungkin pusat pemukiman transmigrasi yang dipelopori masa orde baru ini kian tidak diminati. Nama kampung itu Bandar Harapan, namanya benar-benar Bandar Harapan. Kini Azhar sudah menuliskan tiga karya dalam bentuk buku, begitu juga adiknya kini fokus dalam pengembangan program teknologi informasi. Meskipun tidak seperti kakanya, prestasi adiknya tidak kalah cemerlang. Di sekolah dulu dia kerap kali menjadi sumber informasi teman-temannya. Mungkin tidak berlebihan jika saya sebut keluarga tersebut ‘Cahaya dari Bandar Harapan’.

Entah ini telalu berlebihan atau tidak, tapi akhir-akhir ini saya menyadari banyak teladan dari sebuah daerah bernama Lampung Tengah. Kisah Keluarga ‘Cahaya dari Bandar Harapan’ ini hanya salah satunya. Semoga cerita ini bisa dilanjutkan dari kisah-kisah orang lainya, yang berarti semoga lebih banyak bintang-bintang negeri ini yang berasal dari Lampung Tengah. 

Muslim, Kisah Seorang Ayah, anak dan Keledai, serta Gejolak Media Sosial

Sumber : Ilustrasi Google
Masih ingat kisah Anak, Bapak dan Keledai? Kisah yang menunjukan bagaimana pun kondisi kita orang lain akan terus berkomentar. Kisah yang mengajarkan kita agar tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain. Meskipun kritik dan saran orang lain perlu menjadi pertimbangan kita. lalu, bagaimana kondisinya di era media sosial saat ini? Tentunya kita harus bersikap dengan sangat bijaksana, karena terdapat berbagai pemikiran yang beredar luas tanpa batas disana. (Cek disini: Cerita Ayah, anak dan Keledai)

Dalam dunia media sosial, seringkali kita dibingungkan karena bermacam pemikiran saling berbenturan. Wajar saja, selama ini setiap golongan berupaya mempromosikan pemikirannya untuk meraih eksistensi. Knowledge is Power, istilah yang menunjukan pengetahuan atau pemikiran merupakan sarana untuk memperoleh kekuasaan. Dalam kajian keilmuan islam, perang pemikiran ini disebut juga Ghazwul Fikri. Secara bahasa Ghazwul berasal dari kata Ghozwah yang berarti peperangan dan Fikri berasal dari kata Fikr yang berarti pemikiran. Dalam arti luas Ghazwul Fikri adalah cara atau bentuk penyerangan yang senjatanya berupa pikiran, tulisan, ide-ide, teori, argumentasi, dan propaganda.  Maka, ketika terbuka sebuah ruang bernama media sosial setiap pemikiran semakin atraktif mencari eksistensi.

Menit Akhir

Ibarat pertandingan sepak bola, masa-masa semester delapan adalah menit-menit akhir. Setelah itu, setiap jiwa dengan jiwa lainnya saling memilih mau jadi saudari, relasi, atau pendamping diri. #youknowlahya
Dalam dilema yang seperti itu, sebagian besar menolak dengan alasan mau mencari rejeki, mau mempersiapkan diri, belum mandiri, belum punya rumah sendiri. 
Mimpi jelas ingin diraih, hingga takut cita-cita pergi karena harus menutup kebutuhan sehari-hari. Akhirnya, ini pilihan sendiri-sendiri, prioritas masing-masing.
Memikirkan mana pilihan yang lebih baik kadang lebih panjang dari menjalani. Hidup cuma sekali, setidaknya berupaya membenahi diri. Agar bisa dipertanggung-jawabkan kelak di hadapan ilahi.
Sampai kapan ‘langit’ meridhoi?

Menuju Indonesia!

Sebetulnya ada hal yang ingin saya tulis dalam-dalam, kenyataan hidup dan fakta dari pengetahuan yang saya baca, maupun kontroversi bagaimana narasi yang sebenarnya tertutup oleh narasi lainnya. Semua ini berawal dari pembacaan saya melalui media sosial mengenai makar-makar yang dibuat oleh penyusun kepentingan, hingga memori bagaimana sebuah penghancuran sebuah negara bernama Irak dirayakan seluruh dunia pada tahun 2003 atas nama 'war on terrorism'. Ada kenyataan yang sangat tidak adil bagaimana narasi yang sebenarnya diubah menjadi narasi yang menegasikan narasi yang sebetulnya atau disebut juga sebagai meta-narasi. Berkat narasi, sebuah pergerakan massa dapat terjadi, berkat itu juga manusia jadi saling membunuh dengan dalil kebenaran.

Waktu benar-benar berlalu, umurku beranjak menjauh dari hitungan 20 tahun. Setidaknya ada banyak hal yang harus kusyukuri hingga akhirnya bisa mendapatkan pengalaman seperti ini. Termasuk kesempatan menempuh studi sejauh ini. Saya sadar hidup bukanlah sekedar materi visual atau kinestik yang melenakan. Hidup adalah perjalanan untuk mengenal kebesaran Allah SWT. Sayangnya saya bukan pribadi yang dianugrahi kesempurnaan, seringkali tidak mampu menyampaikan fakta dengan benar dan tidak mampu melawan narasi yang akhirnya dipercayai kebanyakan orang-orang.

Rencana, Aksi, Evaluasi, Aksi, Aksi!

Kau tahu, hari akan berlalu.
Begitu juga dengan kita, yang abadi Cuma yang Maha Kuasa.
Biar kita sadar jangan terlalu naif dengan obsesi, jangan terlalu pasrah dengan tragedi.
Biar yang terjadi biarlah terjadi.  

Dunia ini Gila

Entah kenapa makin kesini makin sadar bahwa dunia ini gila.
dan siapa penyumbang kegilaan terbesarnya? iya yaitu manusia.
Ini baru di Indonesia, di tempatmu belajar, apalagi dunia?.

Untuk kepentingan dalam ketakutan dan keinginannya,
Manusia kerap kali menunjukan nafsu kebinatangannya.
Jutaan manusia mati dalam berbagai konflik tak berprinurani.

Lantas, narasi diubah seenaknya saja.
entah mengapa banyak orang terperdaya.
mengapa mereka yang mengupayakan segila itu?

Tapi, mengapakah langkah ku tak beranjak, hatiku tak bergerak.
Hai jiwa yang dalam kebimbangan,
Kau pilih hidup mulia atau mati ter-rahmat?


Sakit si pengingat!

"Ya Allah, kalau memang dengan sakit ini justru makin mengingatkan aku kepada Engkau. Maka aku ridho sakit ketika mulai melupakan engkau"

Kalimat diatas itu kalimat saya 3 tahun yang lalu ketika masih tinggal ngekos di pondok anugrah, hegarmanah. Waktu itu masih galau-galaunya mau pindah kuliah atau nggk plus galau mau deketin pujaan hati atau nggak. Walhasil, dengan segudang kegalauan dan pemikiran anak muda tanggung jadwal makan jadi keteter. Beberapa kali akhirnya Jatuh sakit dan pas di cek kabarnya kena gejala tipes. Tapi, akhirnya justru sakit itu menyadarkan saya. Masuk kepada level harus bangkit dari keadaan, meskipun jujur saja pernah ngerasa bakal jadi hari terakhir karena memang udah lemes-selemesnya.

Sisi pengalaman yang kurang menyenangkan karena ngekos sendiri akhirnya memotivasi diri buat cari kontrakan. Harapannya bisa punya penghidupan yang lebih baik dan menjauhi dosa-dosa. Makanya, ngontrak pertama itu saya sebut sebagai hijrah pertama. Waktu ngontrak yang jam 10 biasanya udah tidur pindah jadi minimal jam 12. Ngapain aja? Entah juga. Rupanya sang sakit belum sembuh-sembuh juga. Tapi, Alhamdulillahnya sekarang minimal udah tau kalau misalkan ada tugas besok meskipun dikerjakannya pas waktu deadline. Dengan ngontrak, insyaallah akan terpancing ngerjain tugas ketika ngeliat temen ngerjain tugas.

Berserah

Kalau kata bisa menjadi karya
maka kupersembahkan tulisan ini menjadi karya
Kalau jutaan doa tidak bisa lagi melunakkan hasratnya
maka kuserahkan diri ku ini dalam lentera ibadah kepadamu

Maka kuputuskan untuk memulainya
Untuk tahun-tahun yang panjang
Untuk keyakinan untuk terus berkembang
Aku serahkan kepadamu segalanya

Maafkan aku jika salah menafsirkan
Engkau Tuhan yang maha Mengetahui
Kulangkahkan segalanya
ditengah malam yang dingin ini.

Kalau Kata Bisa jadi Karya dan Doa menjadi Ibadah
- Irsyaad Suharyadi

Tiga Hal

Saya nggk yakin ini bakal jadi tulisan yang bagus atau tidak. Hari ini hal yang sangat luar biasa terjadi dalam sidang pelanggaran PRAMA UNPAD 2015. Cukup mengerikan, kecuali bagi orang-
orang yang berkata 'lillah'.

Niatan saya untuk belajar dalam proses politik di Unpad di berikan secara tuntas oleh YME. Dari yang damai, penuh analisa, lalu menyentuh kerjasama, sampai menghadapi serangan. Semoga saja itu pertanda tahun depan saya juga sudah lulus dan masuk babak baru. Tapi, sebagai anak baru saya sempet ketar ketir dengan kondisi yang ada. Tapi, betul katakawan saya seberat apapun hari pasti berlalu. Alhamdulillah hari ini berlalu.

Besok, pagi-pagi sekali saya akan mengantar adik berobat ke RSHS. Sekitar 3 jam dari saat ini saya harus segera meninggalkan kasur untuk ke Bandung. Untuk membayar kegagalan menjadi kakak yang baik di masa lalu. Dua bulan ini sungguh sangat sibuk sekali. Tapi, mungkin inilah saatnya untuk mencurahkan segalanya kepada Allah. Semuanya.

Satu perkataan yang akan saya ingat baik-baik, yaitu:
 "Ada Tiga Hal yang Harus di Hindari, yaitu Marah, Sombong, dan Terburu-buru" (Farhan,2015)

Setelah lama tidak menulis...

Enggak kerasa umur sudah semakin
'siang' saja.
Mulai akrab sama permasalahan-permasalahan dewasa,
dan juga mulai menyesal belum bisa melakukan yang terbaik,
Padahal sudah tau waktu tidak akan berulang.

Mulai mengerti perbedaan antara pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran.
Mulai mengerti perkataan sufi hidup adalah antara waktu shalat ke waktu shalat lainnya.
Menjadi paham betapa pribadi ini banyak tidak tahunya,
dan juga tentang ketetapan Allah dan usaha Manusia.

Sepertinya hidup sudah lebih tenang sekarang, meskipun kadang2 buru-buru karena telat kekampus.
Akan tetapi, rasanya ada sesuatu kekuatan yang sedang berkembang menyesakkan dada.
Semacam perasaan saat Goku saat mengeluarkan Kamehameha atau Rasengan milik Naruto. (sok tahu)
Tapi, apakah itu?

Apakah itu jiwa yang ingin berkelana? atau Akal yang ingin berekspresi? atau
Raga yang butuh perjalanan? Atau hati yang merindukan cinta? Cinta dalam arti yang luas?

Maka, saya ingin mengutip salah satu motto komunitas pendaki gunung yaitu "Kapan kita kemana?", atau Albert Einsten yang tidak bilang "Besok kita mau mempelajari apa?",
Atau bahkan mengutip lagu milik Edcustic, yang mengatakan "Nantikanku di batas waktu!"

Semoga Allah beri pencerahan agar tidak salah jalan lagi, agar tidak lupa diri lagi!
Agar hidup lebih berbahagia, agar hidup lebih bermanfaat. Rasanya semua perasan berkumpul menjadi satu, namun mulut masih saja tertutup rapat. Ampuni, Hamba ya Allah!!

Sebentar lagi waktu akan membawa saya lebih banyak bermanja-manja dengan skripsi, bercanda dengan kisruh politik, berkelana dengan jutaan kisruh dalam jiwa yang belum tergambarkan. Setelah itu, pilihan terhampar mau hidup mapan atau berjuang sambil mempertaruhkan makan pada keesokan paginya.

Oh perjalanan ini sungguh panjang, masih ada keinginan untuk bisa membahagiakan orang tua dengan banyak berada bersama mereka. Untuk membayar semua ketidaktahuan saya selama di sekolah menengah atas dengan membiarkan orang tua hanya menyaksikan lelah dan suara pintu tertutup. Maafkan. Juga terhadap adik yang tidak dapat sepenuhnya saya beri perhatian. Ingin sekali rasanya akrab dengan kalian, bercanda dengan adil, dan bermain bola bersama. Semuanya akan berlalu, kalian akan tumbuh  dewasa. Benar kan?

Ya Allah, perasaan ini sungguh bukanlah hal yang biasa. Maafkan aku tidak pernah mengatakannya. Bersikap sombong kepada Engkau. Maafkan terlena kepada sikap yang cenderung biadab. Terutama setelah apa yang engkau berikan selama ini. Maafkan juga orang yang pernah tersakiti hatinya oleh saya. Sungguh, tidak ada maksud berbuat demikian.

Ini hanyalah sebuah pernyataan,
rasa bersalah atas kejadian selama ini.
Dicatat, bukan untuk diulang.
Diingat, bukan untuk dilakukan kembali.

Sekarang, masa depan memaksaku melihat mentari yang cukup menyilaukan.
Mengetengahkan kembali pengalaman masa lalu dan menawakan masa depan yang gemilang.
Dengan tegas dia bertanya, siapkah untuk menjalaninya?

Pulang Kampung : Realitas

Ceritanya, hari ini saya baru tiba di Lampung Tengah. Prosesi Shalat dan Makan ketupat terpaksa dilakukan diperjalanan (di Natar, Lampung Selatan) Karena terlambat nyaris 2 jam dan khawatir akan ketinggalan shalat ied kalau maksain ke rumah. Seperti biasa pemuda-pemuda di kampung kami (Perumahan Batara, Gang Semendo, Gang Lombok, Gang Bengkulu, dan Gang Sepakat) selalu bertemu di masjid. Apalagi saat libur panjang, pasti banyak pemuda yang merantau balik lagi ke Kampung Halaman. Meskipun enggak alim-alim banget, mesjid sudah menyatukan kami. Dari yang awalnya cuma numpang main bola, ikut TPA, bandel lagi, sampai akhirnya jadi Risma waktu Ramadhan. Hari ini kami kumpul lagi, setelah Yasinan (cuma berdua) kami berdelapan mencari warung kopi baru di daerah Merapi. Setelah muter-muter cari tempat ngopi ternyata pada tutup semua. Akhirnya, kami merapat di warung kopi sederhana di depan Mesjid Istiqlal Bandar Jaya.

Dimulai dengan obrolan kacau balau, sampai akhirnya menyenggol karier dan pertanyaan mau berbuat apa buat Lampung Tengah. Enang membuka diskusi seperti membuat usaha yang bisa memanfaatkan momentum Pilkada. Sementara, Enan yang baru membuka toko 'Starkom' merasa lebih baik membuka usaha yang untungnya seribu-duaribu tapi berkah dibanding bekerjasama dengan politisi. Eki yang merupakan Ketua SAPMA Pemuda Pancasila Lampung Tengah  yang dekat dengan tokoh politik sendiri berusaha menjaga jarak dalam pemilihan kepala daerah kali ini. Selain sangat beresiko, selama kita menjadi 'kaki' kita hanya akan menjadi 'kaki' terus. Memang, politik akhirnya akan berurusan dengan uang. Tapi, menurut Eki juga ada peluang untuk membuat perbaikan di Lampung Tengah dengan 3 cara, yaitu dengan menjadi Kepala Daerah, Menjadi Legislatif dengan dukungan minimal satu fraksi, atau Menjadi orang Kaya.

Umat Islam Harus Berpartisipasi dalam Pembangunan Nasional

Dalam perkembangan pemberitaan nasional maupun internasional, umat muslim sering mendapatkan tekanan yang harusnya dapat menjadi evaluasi bagi kita agar lebih peduli dalam membawa nama Islam. Umat Islam yang menempati urutan pertama jumlah penganut agama di Indonesia harusnya mampu berpartisipasi dalam Pembangunan Nasional. Banyak hal yang harus diperbaiki, Banyak hal baik yang perlu di teladani. Islam bukanlah koruptor, bukanlah Teror. Semangat-semangat seperti inilah yang seharusnya diarahkan untuk berpartisipasi dalam pembangunan Nasional. Apalagi kebanyakan masyarakat yang tidak mampu juga beragama Islam. Hal ini tentunya dapat menjadi dorongan semangat tersendiri bagi golongan muda Islam yang saat ini sedang dalam masa-masa persiapan untuk berkontribusi bagi negeri. 

Visi Besar, Misi Jelas

Upaya-upaya tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya sebuah visi yang besar. Sebuah visi akan mengantarkan individu maupun kelompok ke dalam upaya-upaya besar untuk mensukseskan Visi tersebut. Permasalahan yang timbul dapat diambil sebagai pembelajaran, misalkan: konflik beberapa kelompok agama, pencemaran nama baik oleh Koruptor dan Pejabat yang tidak Amanah, dll. Seorang muslim sebetulnya telah memiliki visi besar yakni kehidupan yang baik di Akhirat. Akan tetapi gagasan besar ini perlu detail lebih lanjut, seperti amalan apa saja yang perlu dilakukan untuk mendekatkan diri kita kepada Allah SWT? Salah satu hadis shahih menerangkan bahwa amalan seseorang tidak bisa memasukan dirinya kedalam Surga. Hadist tersebut berasal dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
“Amalan seseorang itu tidak akan bisa memasukkannya ke dalam surga.” Para sahabat bertanya: “Tidak juga anda, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab: “Tidak pula aku, akan tetapi Allah telah melimpahkan keutamaan dan rahmat-Nya kepadaku.” [HR Al Bukhari (5673) dan Muslim (2816)] 

Hadist diatas menerangkan bahwa seseorang tidak dapat masuk surga kecuali disebabkan keridhoan Allah SWT. Hal ini disebabkan beberapa manusia yang melakukan amalan untuk meraih simpati dari orang lain. Jadi sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita luruskan niat kita. Apa yang kita lakukan ini semata-mata mengejar Ridho Allah dan bukan karena keinginan mendapatkan kekuasaan maupun imbalan lainnya. Ada banyak tuntunan Islam dalam kehidupan sehari-hari maupun yang berkaitan dengan Pembangunan Nasional. Salah satu ayat yang paling saya soroti yakni untuk membela kaum dhuafa dan tidak merusak alam. Arahan untuk membela kaum duafa dibahas lengkap oleh Dr. Kuntowijoyo dalam bukunya berjudul Dinamika Umat Islam di Indonesia  Menurutnya, Tahun 1985, 36 juta penduduk dari kelas lemah secara ekonomi maupun politik adalah kaum muslimin. Mereka yang miskin, bodoh, sakit-sakitan, adalah kaum muslimin. Inilah kenyataan kita yang harus kita perbaiki. Selain itu, Al-quran sendiri telah mengingatkan sebanyak 22 kali tentang perkara melindungi kaum Dhuafa, diantaranya pada surat Al Baqarah ayat 83, 177, 215, 220, An Nisa ayat 2, 3, 6, 8, 10, 36, dan 127, Al An'aam ayat 152. Islam juga sangat peduli terhadap nasib anak Yatim. Hal tersebut terlihat pada hadist tentang anjuran Rasulullah saw untuk memperlakukan dengan baik kaum yatim ''Sering-seringlah mengusap kepala anak yatim,'', dan ''Hiasilah rumahmu dengan (memelihara) anak yatim.'' 

Bpk. Sobirin
Sementara anjuran Islam untuk menjaga alam saya dengar pertama kali dari tokoh penjaga kebersiha n di Kota Bandung bernama Bapak Sariban saat mengisi Dialog Tokoh di Asrama PPSDMS Regional 2 Bandung. Baginya, lingkungan atau alam perlu dilestarikan sebab hal itu merupakan amanah dari Allah SWT. "Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi". Selain itu, pertemuan saya dengan Pak Sobirin sebagai mantan kepala PUSAIR dan saat ini menjadi tokoh di Dewan Pemerhati Lingkungan Tatar Sunda (DPLTS) telah mengajarkan betapa indahnya Islam memerintahkan manusianya menjaga lingkungan. Beliau mengutip ayat "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)." (QS Ar-Ruum ayat 41). Kini, beliau dan DPLTS  aktif memperjuangkan agar penggunaan Waduk Jatigede dibatalkan karena berdampak negatif bagi lingkungan.